
Sejarah Rendang: Dari Masakan Minang hingga Jadi Makanan Terlezat Dunia
Rendang adalah salah satu hidangan paling rajazeus online ikonik berasal dari Indonesia yang sudah mendunia. Dikenal karena cita rasanya yang kaya dan teksturnya yang lembut, rendang tidak hanya jadi kebanggaan penduduk Minangkabau tetapi terhitung seluruh rakyat Indonesia. Bahkan, pada th. 2011 dan 2017, rendang dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia oleh CNN Travel. Namun, di balik kelezatannya, rendang menyimpan histori panjang yang mencerminkan budaya, kearifan lokal, dan perjalanan kuliner Nusantara.
Asal-Usul Rendang dalam Budaya Minangkabau
Rendang berasal dari Sumatra Barat, tepatnya dari etnis Minangkabau. Masyarakat Minang memiliki tradisi merantau yang kuat, dan rendang menjadi bekal yang sempurna karena daya tahannya yang lama. Proses memasak rendang yang memakan waktu berjam-jam dengan api kecil membuat daging menjadi awet tanpa perlu pengawet kimia.
Hubungan Rendang dengan Tradisi dan Upacara Adat
Dalam budaya Minang, rendang bukan sekadar makanan sehari-hari, melainkan juga hidangan istimewa yang disajikan dalam berbagai upacara adat, seperti:
-
Pesta Pernikahan – Rendang menjadi simbol kemakmuran dan harapan untuk kehidupan rumah tangga yang harmonis.
-
Kenduri (Hajatan) – Sebagai bentuk syukur, rendang dihidangkan bersama nasi dan lauk lainnya.
-
Menyambut Tamu Kehormatan – Rendang menunjukkan penghormatan kepada tamu penting.
Proses Pembuatan Rendang: Seni Memasak yang Penuh Filosofi
Rendang dimasak dengan teknik “memasak hingga kering” (bahasa Minang: marandang), yang melibatkan tiga tahap utama:
-
Gulai – Tahap awal di mana daging dimasak dalam santan dan bumbu hingga kuahnya masih banyak.
-
Kalio – Kuah mulai menyusut, dan warna rendang berubah menjadi cokelat muda.
-
Rendang – Santan benar-benar menyusut, dan daging berwarna cokelat gelap dengan tekstur kering namun lembut.
Bumbu Utama yang Membuat Rendang Istimewa
Keunikan rendang terletak pada bumbunya yang kaya rempah, antara lain:
-
Cabai merah – Memberikan rasa pedas.
-
Bawang merah & bawang putih – Dasar aroma yang harum.
-
Lengkuas, jahe, kunyit – Memberikan rasa segar dan warna kuning keemasan.
-
Serai, daun jeruk, daun kunyit – Menambah aroma khas.
-
Kelapa (santan) – Memberikan kekayaan rasa gurih.
Perjalanan Rendang dari Minang ke Seluruh Dunia
Rendang dan Diaspora Minang
Kebiasaan merantau masyarakat Minang membawa rendang menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Malaysia, dan Singapura. Di Malaysia, rendang juga menjadi hidangan populer meskipun memiliki variasi yang sedikit berbeda.
Pengakuan Internasional
Pada tahun 2011, CNN International menobatkan rendang sebagai No. 1 dalam daftar “World’s 50 Most Delicious Foods”, mengalahkan hidangan lain seperti sushi (Jepang) dan tom yum (Thailand). Enam tahun kemudian, pada 2017, rendang kembali masuk daftar tersebut dan semakin mendunia.
Kontroversi dan Klaim Budaya
Meskipun rendang berasal dari Minangkabau, beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura juga mengklaim rendang sebagai bagian dari kuliner mereka. Namun, sejarah dan teknik memasak asli membuktikan bahwa rendang adalah warisan budaya Minang yang telah ada sejak berabad-abad lalu.
Varian Rendang di Indonesia dan Dunia
Seiring perkembangannya, rendang memiliki berbagai variasi, antara lain:
-
Rendang Daging – Versi klasik dengan daging sapi.
-
Rendang Ayam – Lebih cepat dimasak dan populer di rumah makan Padang.
-
Rendang Telur – Dibuat dengan telur ayam atau bebek.
-
Rendang Jengkol – Variasi unik dengan jengkol yang digemari di beberapa daerah.
-
Rendang Vegan – Menggunakan jamur atau tahu sebagai pengganti daging.
Di luar Indonesia, rendang juga mengalami modifikasi, seperti:
-
Rendang Malaysia – Lebih basah dan sering disebut “kalio” di Indonesia.
-
Rendang Jepang – Disesuaikan dengan selera lokal yang kurang pedas.
Rendang dalam Industri Kuliner Modern
Rendang sebagai Oleh-Oleh dan Makanan Kemasan
Kini, rendang tidak hanya dinikmati di rumah makan Padang, tetapi juga dijual dalam bentuk kemasan yang praktis. Beberapa merek ternama seperti Rendang Uni Farah dan Rendang Daging Payakumbuh telah mengekspor rendang ke berbagai negara.
Kreasi Rendang di Restoran Gourmet
Chef ternama seperti William Wongso dan Gordon Ramsay pernah memasukkan rendang ke dalam menu mereka, membuktikan bahwa rendang bisa bersaing di tingkat internasional.
Rendang sebagai Warisan Budaya Dunia
Pada tahun 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengusulkan rendang sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Hal ini semakin memperkuat posisi rendang bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbol budaya Indonesia yang mendunia.
Kesimpulan: Rendang, Simbol Keberagaman dan Kelezatan Nusantara
BACA JUGA: Makna Filosofis di Balik Hidangan Tradisional Jepang: Analisis Washoku sebagai Warisan Budaya UNESCO
Rendang bukan sekadar masakan, melainkan sebuah mahakarya kuliner yang mencerminkan kekayaan rempah Nusantara, ketekunan dalam memasak, dan filosofi hidup masyarakat Minang. Dari dapur tradisional di Sumatra Barat hingga restoran bintang lima di dunia, rendang terus memukau lidah pecinta kuliner global.
Dengan sejarahnya yang panjang, rendang pantas disebut sebagai “The King of Indonesian Cuisine” dan salah satu hidangan terbaik di dunia. Ke depannya, rendang tidak hanya akan terus dinikmati, tetapi juga menjadi duta budaya Indonesia di kancah internasional.

Makna Filosofis di Balik Hidangan Tradisional Jepang: Analisis Washoku sebagai Warisan Budaya UNESCO
Hidangan tradisional Jepang, atau yang dikenal sebagai link login rajazeus washoku (和食), bukan sekadar makanan biasa. Ia mencerminkan nilai-nilai filosofis, estetika, dan harmoni yang mendalam pada manusia, alam, dan budaya. Pada th. 2013, UNESCO menentukan washoku sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, mengakui keunikan dan makna kulturalnya yang mendalam. Artikel ini bakal mengulas filosofi di balik washoku, prinsip-prinsip dasarnya, serta mengapa ia layak menjadi warisan budaya dunia.
1. Pengertian Washoku dan Signifikansinya
Washoku secara harfiah berarti “makanan Jepang” (和 = harmoni, 食 = makanan). Berbeda dengan masakan Barat (yōshoku), washoku menekankan keseimbangan, kesegaran bahan, dan presentasi yang indah. UNESCO mengakui washoku karena:
-
Keberlanjutan dan penghormatan terhadap alam
-
Teknik pengolahan yang unik dan turun-temurun
-
Nilai-nilai sosial dan spiritual yang terkandung di dalamnya
2. Prinsip Dasar Washoku
a. Ichiju-Sansai (一汁三菜): Keseimbangan dalam Hidangan
Konsep ichiju-sansai (satu sup, tiga lauk) adalah fondasi washoku. Susunan ini mencakup:
-
Nasi (shushoku) sebagai makanan pokok
-
Sup miso (shirumono)
-
Lauk utama (nimono, yakimono)
-
Lauk pendamping (aemono, sunomono)
Prinsip ini mencerminkan filosofi keseimbangan nutrisi dan estetika.
b. Shun (旬): Menghormati Musim
Orang Jepang sangat menghargai bahan musiman (shun no mono). Setiap musim memiliki hidangan khasnya:
-
Musim semi: Sakura mochi, takenoko (rebung)
-
Musim panas: Sōmen, unagi (belut)
-
Musim gugur: Sanma (ikan makerel), matsutake (jamur)
-
Musim dingin: Oden, nabe (rebusan)
Konsep ini menunjukkan penghormatan terhadap siklus alam.
c. Gohan (御飯): Pentingnya Nasi
Nasi bukan hanya makanan pokok, tetapi juga simbol kehidupan dan kemakmuran. Dalam budaya Shinto, nasi dipersembahkan kepada dewa (kami) sebagai bentuk syukur.
d. Umami: Rasa Kelima yang Mendalam
Washoku mengandalkan umami, rasa gurih alami dari bahan seperti:
-
Dashi (kaldu dari kombu dan katsuobushi)
-
Kecap shoyu dan miso
-
Fermentasi (natto, tsukemono)
Umami menciptakan kedalaman rasa tanpa perlu banyak bumbu tambahan.
3. Estetika dalam Penyajian Washoku
a. Go Shiki (五色): Lima Warna Alami
Hidangan tradisional Jepang mengutamakan lima warna:
-
Merah (tomat, salmon)
-
Hijau (sayuran, wasabi)
-
Kuning (telur, labu)
-
Hitam (rumput laut, terong)
-
Putih (nasi, tahu)
Kombinasi ini menciptakan keindahan visual sekaligus nutrisi seimbang.
b. Katachi (形): Bentuk dan Tekstur
Setiap hidangan memiliki bentuk yang dipertimbangkan:
-
Keriting, lurus, bulat (seperti dalam sashimi dan tempura)
-
Tekstur renyah, lembut, kenyal
c. Ma (間): Ruang Kosong dalam Penyajian
Seperti dalam seni ikebana dan zen, washoku menggunakan ruang kosong di piring untuk menciptakan kesan elegan dan tidak berlebihan.
4. Filosofi di Balik Washoku
a. Mottainai (勿体無い): Anti Pemborosan
Budaya Jepang sangat menghargai bahan makanan. Konsep mottainai (sayang jika dibuang) mendorong penggunaan seluruh bagian bahan, seperti:
-
Daikon no hana (bunga lobak) sebagai hiasan
-
Kaldu dari tulang ikan
b. Itadakimasu & Gochisousama: Rasa Syukur
-
“Itadakimasu” (いただきます) = ungkapan syukur sebelum makan
-
“Gochisousama” (ごちそうさま) = terima kasih setelah makan
Kedua frasa ini mencerminkan penghargaan terhadap alam, petani, dan orang yang memasak.
c. Washoku dan Zen Buddhisme
Makanan Jepang dipengaruhi Zen, yang menekankan:
-
Kesederhanaan (wabi-sabi)
-
Kesadaran penuh saat makan (mindful eating)
5. Washoku sebagai Warisan UNESCO
Alasan UNESCO mengakui washoku:
-
Transmisi budaya lintas generasi
-
Kearifan lokal dalam pengolahan makanan
-
Keberlanjutan ekologis
-
Penguatan identitas budaya Jepang
Kesimpulan
BACA JUGA: Kuih Cara Berlauk: Jajanan Tradisional Murah yang Bikin Nagih
Washoku bukan sekadar hidangan, tetapi cerminan filosofi hidup orang Jepang yang harmonis dengan alam. Melalui keseimbangan, estetika, dan rasa syukur, washoku menjadi warisan budaya yang tak ternilai. Dengan pelestarian dan apresiasi global, nilai-nilai ini akan terus hidup untuk generasi mendatang.
“Makan bukan hanya untuk kenyang, tetapi juga untuk meresapi keindahan dan kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya.”

Kuliner Korea Selatan di Luar Drama: Lebih dari Sekadar Kimchi
Korea Selatan tidak cuma populer bersama K-pop dan situs rajazeus terbaru drama-dramanya yang mendunia, tapi juga bersama kekayaan kulinernya yang menggugah selera. Jika selama ini Anda cuma mengenal kimchi, bibimbap, atau tteokbokki, sebenarnya tetap banyak hidangan autentik Korea yang jarang diangkat di layar kaca tapi terlalu populer di negeri ginseng tersebut.
1. Sejarah Singkat Kuliner Korea
Kuliner Korea berkembang melalui perpaduan budaya, geografi, dan sejarah yang panjang. Beberapa ciri khasnya adalah:
-
Fermentasi: Teknik pengawetan makanan seperti kimchi dan doenjang (pasta kedelai fermentasi).
-
Keseimbangan Rasa: Gabungan pedas, manis, asin, dan gurih (umami).
-
Penggunaan Bumbu: Gochujang (pasta cabai fermentasi), ganjang (kecap asin), dan bawang putih.
-
Pengaruh Kerajaan: Makanan istana (Hansik) berbeda dengan makanan rakyat biasa.
Selama zaman Joseon (1392–1910), kuliner Korea semakin berkembang dengan hidangan istana yang mewah, sementara makanan rakyat cenderung sederhana namun bergizi.
2. Hidangan Populer di Korea Selain yang Sering Muncul di Drama
a. Samgyeopsal (삼겹살) – Daging Babi Panggang
-
Potongan daging perut babi yang dipanggang di meja.
-
Biasanya dimakan dengan ssamjang (saus campuran gochujang dan doenjang) serta daun selada.
-
Fakta Unik: Orang Korea percaya bahwa samgyeopsal harus dimakan dengan soju untuk “membersihkan lemak”.
b. Jjajangmyeon (짜장면) – Mi Saus Kacang Hitam
-
Mi tebal dengan saus kacang hitam yang gurih.
-
Dipengaruhi kuliner Tionghoa, tetapi sudah diadaptasi menjadi versi Korea.
-
Sering dipesan via “jjajangmyeon delivery” karena praktis.
c. Sundubu-jjigae (순두부찌개) – Sup Tahu Pedas
-
Sup pedas dengan tahu lembut (sundubu), seafood, dan telur mentah.
-
Dihidangkan panas dalam panci tanah liat (ttukbaegi).
d. Bossam (보쌈) – Daging Babi Rebus dengan Kimchi
-
Daging babi direbus dengan rempah, lalu dibungkus kimchi atau daun selada.
-
Makanan populer saat minum makgeolli (arak beras Korea).
e. Gopchang (곱창) – Usus Sapi Panggang
-
Usus sapi yang dipanggang dengan saus pedas atau garam.
-
Teksturnya kenyal dan gurih, sering dijadikan anjju (makanan pendamping minuman).
3. Makanan Tradisional yang Unik dan Langka
a. Sannakji (산낙지) – Gurita Hidup
-
Gurita kecil yang masih bergerak saat disajikan.
-
Dimakan dengan saus wijen atau langsung.
-
Perhatian: Harus dikunyah baik-baik agar tidak menempel di tenggorokan!
b. Beondegi (번데기) – Kepompong Ulat Sutera
-
Direbus atau dikukus, dijual sebagai street food.
-
Rasanya seperti kacang dengan aroma khas.
c. Hongeo (홍어) – Ikan Pari Fermentasi
-
Ikan pari yang difermentasi hingga berbau sangat kuat.
-
Biasanya dimakan dengan samgyeopsal dan kimchi.
4. Street Food Korea yang Tidak Boleh Dilewatkan
Nama | Deskripsi |
---|---|
Hotteok (호떡) | Pancake manis berisi gula merah, kacang, dan kayu manis. |
Gyeran-ppang (계란빵) | Roti kecil berisi telur utuh, lembut dan gurih. |
Twigim (튀김) | Berbagai gorengan seafood dan sayuran dengan tepung renyah. |
Bungeo-ppang (붕어빵) | Kue berbentuk ikan berisi selai kacang merah. |
Odeng (오뎅) | Fish cake rebus dengan kuah gurih, sering dimakan di musim dingin. |
5. Tempat Makan Terkenal di Korea Selatan
a. Gwangjang Market (광장시장) – Seoul
-
Pasar tradisional dengan berbagai street food seperti bindaetteok (kue kacang hijau) dan mayak kimbap.
b. Noryangjin Fish Market (노량진수산시장)
-
Tempat terbaik mencoba sashimi segar dan hoe (ikan mentah ala Korea).
c. Myeongdong Street Food (명동야시장)
-
Surganya jajanan seperti cheese lobster, tornado potato, dan Korean corn dog.
6. Tips Menikmati Kuliner Korea seperti Orang Lokal
✅ Makan Pakai Sumpit & Sendok Logam: Jangan potong kimchi dengan pisau!
✅ Minum Air Setelah Makan Pedas: Susu lebih efektif daripada air putih.
✅ Coba Makgeolli atau Soju: Minuman tradisional yang cocok dengan makanan Korea.
✅ Datang ke Pasar Malam: Street food terenak biasanya ada di sini.
Kesimpulan
BACA JUGA: Brenebon: Sup Kacang Merah dengan Rasa ‘Unik’
Kuliner Korea jauh lebih kaya daripada sekadar kimchi dan ramyeon. Dari gurita hidup hingga sup tahu pedas, setiap hidangan punya cerita dan cita rasa unik. Jadi, jika berkunjung ke Korea, jangan cuma makan di restoran biasa—jelajahi juga pasar tradisional dan kedai kaki lima untuk pengalaman kuliner yang otentik!